Ambon, SentralNusantara.com – Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, bersama Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, menghadiri acara Panas Gandong Amalopu (Amakele-Lopurisa) yang berlangsung di Negeri Rumahkay, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) pada Selasa (18/03).
Acara yang dipusatkan di Baileo Negeri Rumahkay ini mempertemukan dua negeri bersaudara, Rumahkay dan Rutong. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Seram Bagian Barat, Forkopimda, Sekda SBB, staf ahli, asisten, pimpinan OPD di lingkup SBB, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh perempuan, serta ribuan warga dari kedua negeri.
Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menegaskan bahwa tradisi Panas Gandong merupakan simbol persaudaraan yang harus terus dijaga. Ia menyatakan bahwa tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga dua negeri, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Maluku yang wajib dilestarikan.
“Tradisi ini tidak hanya mengikat hubungan persaudaraan antara Rumahkay dan Rutong, tetapi juga menjadi pengingat bahwa kita memiliki warisan budaya yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Gubernur.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus merevitalisasi nilai-nilai budaya serta adat istiadat dalam membangun negeri adat.
Panas Gandong bukan sekadar seremoni, tetapi juga simbol kebersamaan yang menggambarkan kekuatan tradisi yang mengakar di masyarakat Maluku. Gubernur berharap agar tradisi ini terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda, sehingga ikatan Gandong antara Negeri Rumahkay dan Negeri Rutong tetap lestari, kokoh, dan abadi.
Sementara itu, Raja Negeri Rutong, Reza Valdo Maspaitella, menyebut Panas Gandong sebagai bukti nyata sejarah hubungan erat antara kedua negeri. Selama empat hari penyelenggaraan, berbagai agenda budaya digelar untuk mempererat hubungan masyarakat dari Rumahkay dan Rutong.
“Semangat persaudaraan yang diwariskan oleh leluhur harus menjadi inspirasi, tidak hanya bagi masyarakat Maluku tetapi juga bagi seluruh Indonesia,” ujar Raja Rutong.
Raja Negeri Rumahkay, Oktavianus Corputty, menambahkan bahwa ritual Panas Gandong bertujuan untuk menghangatkan kembali hubungan sebagai orang basudara yang berasal dari satu leluhur yang sama.
“Hubungan persaudaraan ini harus tetap terjaga. Panas Gandong adalah simbol kebersamaan serta persekutuan. Relasi Gandong bagi masyarakat adat Maluku merupakan simbol integrasi sosial yang harus terus dipertahankan,” katanya.
Ia menekankan bahwa fondasi kasih yang telah diwariskan oleh para leluhur harus tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat kedua negeri. Tradisi ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pembangunan, baik dalam aspek fisik maupun pengembangan sumber daya manusia.
Panas Gandong Amalopu merupakan tradisi budaya turun-temurun di Maluku yang berlangsung dari 18 hingga 21 Maret 2025.
Rangkaian acara diawali dengan penjemputan warga dari Negeri Rutong yang tiba di Negeri Rumahkay menggunakan arumbai, gusepa, serta kapal feri yang membawa ribuan warga Rutong.
Kehadiran Gubernur Maluku, Wakil Gubernur, Bupati SBB, serta Wakil Bupati SBB semakin menambah semarak acara tersebut.
Dengan berlangsungnya ritual Panas Gandong pada 18-21 Maret 2025, seluruh anak negeri Rutong dan Rumahkay diharapkan terus mempererat ikatan persaudaraan dalam semangat pela gandong yang diwariskan dari generasi ke generasi.