Ambon, SentralNusantara.com – Proses seleksi penerimaan Calon Bintara (Caba) PK TNI AD Gelombang II Kodam XV/Pattimura tahun 2024 diduga penuh dengan rekayasa, yang menghalangi peluang anak-anak daerah untuk bergabung dengan TNI AD. Salah satu kasus yang mencuat adalah gugurnya Bryan Tuabara, seorang peserta seleksi, pada tahap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tim panitia di RS TK II Prof dr JA Latumeten Ambon.
Menurut penuturan ibunya, Diana Putnarubun, Bryan dinyatakan gagal karena didiagnosis mengalami infeksi saluran urine. Namun, keluarga merasa ada kejanggalan setelah melakukan tes kesehatan ulang di RS Siloam Ambon keesokan harinya, yang menghasilkan hasil yang sangat berbeda. Hasil tes di RS Siloam menunjukkan bahwa Bryan dalam kondisi sehat tanpa tanda-tanda infeksi saluran urine.
Diana sangat kecewa dengan hasil yang dikeluarkan oleh RS Latumeten dan mengungkapkan bahwa anaknya, yang telah lama bercita-cita menjadi prajurit TNI, merasa sangat terpukul. Ia merasa keputusan gugurnya Bryan tidak adil, apalagi ketika anaknya dituduh memiliki masalah kesehatan yang sebenarnya tidak ada. “Bryan dituduh suka mengonsumsi minuman keras, tapi kenyataannya tidak pernah,” ungkap Diana dengan penuh kekecewaan.
Setelah mendapat hasil tes kesehatan yang positif dari RS Siloam, Diana bersama anaknya dan pamannya langsung menghadap pihak Kesdam untuk mengonfirmasi perbedaan hasil tes tersebut. Namun, menurut Diana, seorang dokter di Kesdam menjelaskan bahwa hasil tes dari RS Latumeten sudah terlanjur dikirim ke pusat dan tidak bisa diubah lagi. “Dokter mengatakan, walaupun hasil tes di RS Siloam berbeda, itu sudah tidak bisa dirubah karena sudah diproses lebih lanjut,” jelasnya.
Diana semakin merasa kecewa ketika mengetahui bahwa Bryan, yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, pernah mendapat pujian langsung dari Panglima Kodam XV/Pattimura dalam suatu wawancara. “Panglima memuji kemampuan bahasa Inggris Bryan dan bertanya mengenai cita-citanya. Bryan menjawab ingin menjadi TNI, karena itu adalah cita-citanya sejak kecil,” tambah Diana.
Dengan segala harapan yang pupus, Diana berharap agar Panglima Kodam XV/Pattimura dan Panglima TNI dapat meninjau kembali proses seleksi ini, yang diduga mengandung unsur ketidakadilan dan kecurangan. Ia meminta agar anak-anak yang berprestasi, seperti Bryan, diberikan kesempatan yang adil untuk menggapai cita-cita mereka sebagai prajurit TNI.
Sementara itu, upaya konfirmasi yang dilakukan wartawan kepada pihak Kapendam XV/Pattimura tidak membuahkan hasil. Kapendam tidak dapat dihubungi, sementara Kasipendam XV/Pattimura, Kukuh, yang dihubungi via WhatsApp, menyarankan wartawan untuk menghubungi langsung pihak panitia terkait. “Maaf, saya ini cuma bawahan, coba tanya ke panitia,” jawab Kukuh singkat. Ketika ditanya lebih lanjut, Kukuh mengaku tidak tahu siapa yang bisa dihubungi di pihak panitia, yang semakin menambah ketidakjelasan dalam penanganan kasus ini.
Sampai berita ini diterbitkan, Kapendam belum memberikan konfirmasi atau penjelasan terkait dugaan rekayasa dalam pemeriksaan kesehatan tersebut. Hal ini menambah kesan ketidaktransparanan dalam proses seleksi dan komunikasi yang buruk antara pihak media dan Kodam XV/Pattimura.