Langgur, SentralNusantara.com – Di bawah langit biru Kei Besar, di antara desir ombak dan semilir angin pesisir, Ketua DPRD Provinsi Maluku, Benhur G. Watubun, menginjakkan kaki di Negeri Waerat, sebuah ohoi kecil nan teduh yang terletak di sudut sunyi Kei Besar Utara Barat.
Negeri ini mungkin tak ramai, hanya dihuni oleh kurang dari 50 Kepala Keluarga. Namun, semangat yang hidup di tengah masyarakatnya melebihi luas daratannya.
Data terakhir Pemilu November 2024 mencatat Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 106 jiwa, lonjakan yang mencerminkan pertumbuhan harapan dan partisipasi dalam demokrasi.
Sebelum kunjungan langsung dilakukan, komitmen nyata sudah lebih dahulu diwujudkan. Melalui Dana Pokok Pikiran (Pokir) tahun anggaran berjalan, Ketua DPRD Maluku telah merealisasikan bantuan sebesar Rp50 juta untuk mendukung pembangunan gereja di Negeri Waerat. Sebuah bentuk perhatian awal yang menjadi pondasi dari kepedulian yang lebih besar.
Lalu pada 6 April 2025, Benhur datang secara langsung, bukan hanya untuk menepati janji, tetapi untuk memastikan sendiri apa yang masih menjadi kekurangan, apa yang masih perlu diperjuangkan. Ia hadir membawa telinga yang siap mendengar dan hati yang ingin memahami.
Dalam dialog bersama Pemerintah Ohoi dan Majelis Jemaat, ia menyerap langsung suara rakyat tentang mimpi akan sekolah yang lebih dekat, air bersih yang mengalir tanpa henti, talud yang menjaga daratan dari kikisan laut, serta rumah ibadah yang layak untuk tempat bersujud.
Rombongan yang menyertainya larut dalam hangatnya penyambutan warga. Ketika mereka duduk bersama dalam ibadah Minggu, dinding-dinding sederhana gereja menjadi saksi perjumpaan antara pemimpin dan rakyat dalam kebersamaan yang sakral.
Salah satu jeritan hati masyarakat yang paling kuat adalah harapan untuk memiliki sekolah di tanah sendiri. Hingga hari ini, anak-anak Negeri Waerat masih harus menempuh perjalanan jauh ke Ohoi Waer untuk meraih pendidikan dasar, sebuah perjuangan sunyi yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang mengalaminya.
Dalam tutur katanya, Benhur menyampaikan bahwa kunjungannya bukanlah untuk dielu-elukan, melainkan sebagai panggilan batin seorang anak negeri yang tak ingin berpaling dari tanah asal.
“Kehadiran saya di Waerat tak perlu dihias dengan upacara. Cukuplah saya diterima sebagai saudara, sebagai bagian dari kalian, yang memikul tanggung jawab untuk memperjuangkan masa depan negeri ini melalui amanah yang saya emban,” ungkapnya tulus.
Menutup kunjungan, ia pun memanjatkan doa penuh harap.
“Tuhan memberkati Negeri Waerat. Tuhan memberkati rombongan. Tuhan memberkati kita semua.” harapnya.
Negeri Waerat mungkin kecil di peta, namun ia besar dalam jiwa. Semangat persatuannya adalah lentera yang menyala di tengah keterbatasan, menuntun setiap langkah menuju masa depan yang lebih terang dan bermartabat.