Langgur, SentralNusantara.com – Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) terus menggencarkan upaya pengembangan inovasi guna menurunkan angka stunting atau tengkes di wilayah tersebut. Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Kabupaten Malra mencapai 16,05 persen, dengan target nasional tahun 2024 yang ingin ditekan menjadi 14 persen.
Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah Rumah Singgah Hanarun (RSH). Ketua pengembangan inovasi percepatan penurunan stunting RSH, Ketjie Koedoeboen, menjelaskan bahwa tujuan dari pengembangan inovasi ini adalah memperbaiki status gizi bayi dan balita, mencegah serta membantu mengatasi masalah stunting, gizi kurang, dan gizi buruk. Selain itu, RSH juga bertujuan untuk meminimalisasi risiko kehamilan akibat kekurangan energi kronik dan anemia, meningkatkan kualitas hidup ibu bayi dan balita, serta menyiapkan ibu hamil untuk menjalani kehamilan yang sehat dan persiapan melahirkan yang aman.
“Sasaran RSH adalah bayi dan balita kekurangan gizi dan gizi buruk, bayi dan balita pendek serta sangat pendek, serta ibu hamil kekurangan energi kronik (KEK),” ungkap Koedoeboen saat peluncuran RSH di Ohoi (Desa) Dunwahan.
Pengembangan RSH dilakukan di beberapa desa atau ohoi di Malra, termasuk Debut, Wain, Danar, Ohoira, Letvuan, Elat, Ad Ngurwul, Ohoimajang, Ohoirenan, dan Ohoi Uat. Berdasarkan data Januari 2024, di Desa Dunwahan Kecamatan Kei Kecil, terdapat 21 anak balita dan dua ibu hamil KEK yang menjadi sasaran RSH.
Layanan yang disediakan oleh RSH meliputi pemberian makanan tambahan, stimulasi perkembangan anak, pendampingan minum tablet tambah darah bagi ibu hamil, serta pengukuran antropometri dan haemoglobin bagi ibu hamil. Koedoeboen menekankan bahwa seluruh bentuk pelayanan RSH telah diatur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan.
Turut hadir dalam peluncuran tersebut adalah Penjabat (Pj) Bupati Malra, Jasmono, Pj Sekda Malra, Nico Ubro, dan sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Malra.
