Jakarta, SentralNusantara.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan sejumlah strategi dalam mengatasi penyebaran arbovirus, atau virus yang ditularkan oleh serangga seperti nyamuk, termasuk edukasi, kontrol faktor, surveilans, dan pengembangan vaksin.
Dalam Arbovirus Summit yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kesehatan Brazil dan disiarkan di Jakarta, Budi menyatakan pentingnya edukasi sebagai langkah utama. Menurutnya, edukasi dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih sehat, terutama melalui pemanfaatan media sosial.
Selain edukasi, kontrol terhadap faktor-faktor penyebaran arbovirus juga menjadi fokus, seperti kontrol terhadap populasi anjing untuk mengendalikan rabies. Budi juga menyoroti pentingnya surveilans yang kuat, sebagai langkah untuk memantau dan merespons ancaman penyakit. Dalam hal ini, kerjasama internasional dan jaringan laboratorium kesehatan publik di Indonesia menjadi kunci.
Budi juga menekankan pentingnya pengembangan vaksin sebagai langkah pencegahan lebih lanjut. Ia mencatat bahwa pengembangan vaksin dapat dilakukan lebih cepat dengan menggunakan teknologi terkini, seperti yang terjadi dalam pengembangan vaksin COVID-19.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti cakupan geografis arbovirus yang semakin meluas akibat urbanisasi, perubahan iklim, dan peningkatan populasi nyamuk. WHO telah mencanangkan Gerakan Arbovirus Global untuk membantu negara-negara dalam mempersiapkan diri menghadapi ancaman penyakit arbovirus.
Tedros juga menegaskan perlunya integrasi surveilans genomik dalam surveilans arbovirus untuk memonitor risiko dan mempercepat respons terhadap penyebaran penyakit ini.