Langgur,SentralNusantara.com – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia, Hasto Wardoyo, mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dalam mempercepat penurunan angka stunting melalui inovasi Rumah Singgah Stunting di Desa Debut.
“Inovasi Rumah Singgah Stunting, Rumah Dataku, dan Kampung Keluarga Berkualitas di Debut telah menjadi percontohan di wilayah Indonesia Timur,” ungkap Wardoyo pada acara fasilitasi intensifikasi dan integrasi pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi di Desa Debut, Selasa (28/5/2024).
Wardoyo memuji fasilitas yang ada di Desa Debut, menyatakan bahwa gedungnya memadai, tempatnya bagus, lingkungannya bersih, dan masyarakat mendukung dengan semangat. “Saya apresiasi dengan semua ini. Setelah saya melihat sendiri, ternyata memang pantas menjadi juara di wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.
Wardoyo juga menekankan pentingnya gotong royong dalam pelayanan di Posyandu. Desa Debut dianggap mampu menjadi Kampung Keluarga Berkualitas karena menampilkan kearifan lokal dan budaya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Peliharalah gotong royong karena nafas dari kegiatan kerakyatan ini adalah gotong royong,” tegasnya.
Beliau menyoroti bahwa semangat gotong royong semakin hilang dalam kehidupan bermasyarakat akibat perilaku pragmatis yang mengutamakan kepentingan pribadi. Namun, ia percaya bahwa kader Posyandu, bidan, dan anggota PKK di Desa Debut selalu mengutamakan semangat gotong royong dalam memberikan pelayanan.
Wardoyo juga mengingatkan pentingnya melestarikan kearifan lokal. “Kearifan lokal adalah bagian dari kegiatan masyarakat yang tidak boleh dihilangkan. Jangan menganggap bahwa kearifan lokal itu kalah dengan hal-hal yang modern,” katanya.
Dia berharap Desa Debut terus melestarikan kearifan lokal dan budaya sehingga kegiatan gotong royong semakin maju. Jika dilakukan dengan semangat kebersamaan, maka akan memperoleh rekomendasi dari pemerintah.
Dalam upaya meningkatkan kualitas generasi muda dan mencegah stunting, Wardoyo menegaskan pentingnya mempersiapkan kehamilan dan menyusui dengan bijaksana agar anak lahir sehat dan cerdas. Stunting membuat anak pendek dan otaknya tidak berkembang dengan baik, sehingga kecerdasannya kurang.
“Arahan Presiden Joko Widodo, stunting harus serendah mungkin, target nasional adalah 14 persen,” imbuhnya. Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di desa diketuai oleh kepala desa, TPPS kecamatan diketuai oleh camat, dan berkoordinasi dengan lintas sektor seperti pertanian, gizi, Puskesmas, TNI-Polri untuk mencegah stunting.
Wardoyo menambahkan bahwa jarak kehamilan seorang ibu minimal tiga tahun dan maksimal lima tahun untuk mencegah stunting. Terlalu dekat jarak kehamilan berpeluang menyebabkan anak terkena stunting karena anak pertama belum terurus dengan baik, sudah lahir anak berikutnya.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus, Penjabat Bupati Maluku Tenggara, Kasie Pers Kagrem 151 Binaiya Kodam XVI Pattimura, Plt. Kepala BKKBN Provinsi Maluku, Penjabat Ketua TP PKK Malra, Camat Manyeuw, dan Kepala Ohoi Debut.