Tepa, SentralNusantara.com — Kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati Maluku Barat Daya nomor urut 1, Hendrik Christian dan Hengky Pelatta, yang dikenal dengan jargon “Cristal,” kurang mendapat antusiasme dari warga di Kota Tepa, Pulau Babar, pada Rabu (30/10/2024). Harapan untuk menggalang dukungan yang besar tampak belum tercapai, karena acara kampanye berlangsung sepi peminat.
Pasangan Cristal tiba di Pelabuhan Tepa sekitar pukul 13.30 WIT, tetapi hanya disambut oleh sedikit massa. Suasana serupa terlihat di lokasi utama kampanye di Lapangan Upacara Kota Tepa, yang hanya terisi kurang dari setengah kapasitasnya. Beberapa kendaraan pengangkut massa bahkan meninggalkan lokasi lebih awal, karena acara baru dimulai pada pukul 16.15 WIT setelah mengalami keterlambatan.
Beberapa tokoh turut hadir dalam kampanye ini, termasuk Anos Yermias, anggota DPRD Maluku dari Partai Golkar, yang bertindak sebagai juru kampanye. Dalam pidatonya, Hendrik Christian menyampaikan bahwa dirinya mendapat mandat langsung dari Presiden Prabowo Subianto untuk maju sebagai bupati Maluku Barat Daya. Hendrik mengangkat program nasional Presiden berupa pemberian makanan bergizi gratis untuk ibu hamil selama 1.000 hari pertama, namun menegaskan bahwa program ini akan terwujud hanya jika dirinya dan Pelatta terpilih.
Di sisi lain, kampanye ini diwarnai berbagai kendala teknis. Sound system sempat mati selama setengah jam akibat genset yang tiba-tiba tidak berfungsi, disinyalir karena persiapan teknis yang kurang matang dari tim kampanye. Hal ini cukup mengganggu jalannya acara, dan sempat membuat massa menunggu dalam suasana yang sunyi.
Selain itu, calon wakil bupati Hengky Pelatta terlihat emosional dalam pidatonya, menyampaikan keluh kesah tentang dugaan sabotase kampanye mereka di Tepa. Ia menyebut adanya kendala dalam mengakses fasilitas seperti penginapan dan sound system. Namun, tuduhan tersebut disambut datar oleh sebagian besar massa yang hadir, menunjukkan respons yang masih kurang bergairah dari warga.
Kampanye pasangan Cristal di Kota Tepa ini mencerminkan tantangan yang mereka hadapi dalam menggalang dukungan di Maluku Barat Daya, di tengah rendahnya minat warga dan sejumlah kendala yang menghambat kelancaran acara.